Sabtu, 31 Januari 2015
KEBERSAMAAN ALUMNI PEND. TEKNIK MESIN
They Are :
Mario Taniu ( SMK Negeri 5 Kupang)
Basri Dani ( Wirausaha Bagan Ikan)
Damianus Krowin (SMK Karya Kupang)
Jhony Kuanino (Dosen Luar Biasa Beberapa Kampus + Politisi Muda Amfoang)
Rifai (kredit Mikro Bank Mandiri)
Slamat Makan.......(Moment Habis mendukung Ujian Skripsi Meti Faot)
KONFERENSI NASIONAL ENGINEERING PERHOTELAN VI, Bali 11-12 Juni 2015
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
KONFERENSI NASIONAL ENGINEERING PERHOTELAN
Sekretariat Jurusan Teknik Mesin Kampus Bukit Jimbaran Bali
Tlp: 0361 703321 Web:http://www.knepbali.com
Info Seminar, UNUD – Bali, 11 – 12 Juni 2015
Kepada Yth Bapak/Ibu
Dosen, Peneliti, dan Praktisi
Dosen, Peneliti, dan Praktisi
di Tempat
Dengan
Hormat,
Kami informasikan bahwa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Teknik Universitas Udayana, akan menyelenggarakan Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI
(KNEP VI – 2015) yang diselenggarakan pada tanggal 11–12
Juni 2015.
Untuk
detail informasi mengenai konferensi tersebut, silakan kunjungi website kami www.knepbali.com atau melalui leaflet yang
terlampir bersama email ini.
Mohon
bantuan Bapak/Ibu untuk menyebarkan informasi ini kepada sesama kolega Dosen/Peneliti
dalam lingkup bidang ilmu yang relevan (Teknik Mesin, Elektro, Sipil, Arsitek,
Pariwisata, dll). Besar harapan kami, Bapak/Ibu dapat berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut.
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Udayana
Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, S.T, MASc, Ph.D
NIP. 19691231 199412 1 001
|
Hormat kami,
Ketua Panitia KNEP-BALI VI
Dr. Ir. I Made Parwata, MT
NIP. 19681109 199803 1 002
|
Download Brosur dan Formulir pendaftaran di INFORMASI
Informasi lanjutan Dapat mengunjungi : KNEP BALI
Atau email : knep2015@gmail.com
Jumat, 30 Januari 2015
Dosen Pendidikan Teknik Mesin Lulusan Terbaik Universitas Negeri Makasar
Sesuai dengan judul postingan ini, maka segenap Civitas Akademi khususnya program Studi pendidikan Teknik Mesin PTK FKIP Undana patut berbangga dan sekaligus mengucapkan proficiat karna salah satu Dosen PTM yaitu Dr. Basri K, M.Si berhasil menyelesaikan program Doktoralnya (S3) pada program studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup hanya dalam waktu dua tahun dua bulan dan berhasil meraih IPK hampir sempurna yaitu 3,99. Pujian terhadap prestasi Dr. Basri K, M.Si juga disampaikan oleh Rektor Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd.
Disarikan Dari : makassar.tribunnews.com
Kamis, 29 Januari 2015
FKIP Online
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Undana Terus berbenah diri. salah satunya adalah dengan diluncurkannya webside FKIP dengan alamat : http://fkip.undana.ac.id/.
Ini merupakan sebuah langkah maju yang memungkinkan seluruh civitas akademim stakeholder dan alumni serta pengguna lulusan dapat saling berkomunikasi untuk membuat perubahan yang lebih berarti khususnya dalam bidang pendidikan.
KAMPUS BARU FKIP UNDANA
Alamat : Jl. Adisucipto, Penfui Kupang-NTT, 85111
No. Telepon : 0380-881639
No. Faksimili : 0380-881642
E-Mail : fkip.undana@gmail.com
INFO SM3T 2014
KISI-KISI TES ONLINE SM3T PEND. TEKNIK MESIN
Meskipun Tesnya sudah lewat, namun sebagai bahan referensi, berikut teman-teman yang berniat mengikuti program SMT3 dapat mengunduh kisi-kisinya Disini
Meskipun Tesnya sudah lewat, namun sebagai bahan referensi, berikut teman-teman yang berniat mengikuti program SMT3 dapat mengunduh kisi-kisinya Disini
Minggu, 25 Januari 2015
Pendidikan Vokasional : Solusi Alternatif Pendidikan di Indonesia
Oleh : Syahirul Alim, SEI, S.Pd, MM.Pd
Problema yang selama ini berkembang di
Indonesia dalam dunia pendidikan adalah relevansi pendidikan dengan
dunia kerja terutama bagi program pendidikan yang berorientasi akademis.
Arah pendidikan di Indonesia kurang relevan dengan kebutuhan pasar,
sebab pendidikan di Indonesia lebih mengarah kepada pendidikan akademis
ketimbang pendidikan vokasional yang menghasilkan tenaga kerja terampil.
Model pendidikan di Indonesia sangat
berbeda dengan pendidikan di negara-negara maju. Di Negara maju,
seperti Australia, Taiwan, Korea dan Jepang, pendidikan vokasional jauh
lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan akademik. Di sana 10-15
persen saja yang masuk ke pendidikan tinggi, sedang lainnya justru
memasuki pendidikan vokasional. Di sana hanya orang-orang yang ingin
menjadi sarjana seperti dokter, insinyur, arsitek atau lainnya saja yang
memasuki bidang pendidikan di perguruan tinggi.
Beberapa tahun yang lalu banyak kritik
yang dialamatkan kepada dunia pendidikan tinggi yang disebabkan
ketidaksiapan lulusannya untuk memasuki kawasan lapangan pekerjaan.
Kritik ini tentu sangat wajar mengingat bahwa lulusan akademis memang
tidak dipersiapkan untuk memasuki lapangan pekerjaan professional.
Mereka dididik untuk menjadi pemikir atau akademikus, sehingga kawasan
yang dikuasainya adalah sesuai dengan pendidikan akademisnya itu.
Jika kemudian terdapat banyak lulusan
pendidikan tinggi yang tidak bisa mengakses lapangan pekerjaan, maka ada
dua alasan yang menyebabkannya, yaitu: ketidaksiapan ilmu dan keahlian
yang dimilikinya dan kemudian ketiadaan seperangkat dorongan untuk
berprestasi. Yang dikuasai oleh sarjana adalah seperangkat pengetahuan
teoretis sesuai dengan pendidikan akademis yang ditekuninya. Mereka
memang tidak dipersiapkan dengan seperangkat pengetahuan praksis yang
mendukung terhadap disiplin keilmuan yang ditekuninya. Maka mereka tentu
tidak siap untuk memasuki lapangan kerja.
Kondisi tersebut menuntut kehadiran
sumber daya manusia dengan muatan pengetahuan dan ketrampilan yang
memadai agar mampu bertahan sekaligus mengantisipasi perubahan yang
terjadi di tengah ketatnya persaingan. Pendidikan vokasi yang diarahkan
pada penguasaan keahlian terapan tertentu pun akhirnya menjadi pilihan.
Sesungguhnya pendidikan keterampilan
atau yang disebut pula sebagai pendidikan vokasional, saat ini diyakini
mampu menjadi solusi dalam mengurangi angka pengangguran. Hal itu
disebabkan, konsep pendidikannya lebih mengandalkan skill atau
keterampilan dan bertujuan melahirkan sumber daya manusia yang
berkualitas, trampil, memiliki disiplin tinggi, dan berjiwa
kewirausahawan.
Pendidikan vokasional adalah pendidikan
yang dirancang untuk mengembangkan keahlian, kemampuan, pemahaman,
tingkah laku, kebiasaan kerja dan penghargaan yang diperlukan dalam
dunia kerja dan membuat kemajuan dalam pekerjaan yang menjadi dasar
produksi dan pemanfaatannya. Dalam Undang-Undang Sikdiknas, pendidikan
vokasional diperluas menjadi tiga jenis yaitu pendidikan kejuruan,
vokasi dan profesional. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam
bidang tertentu. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian
terapan tertentu maksimal setara program sarjana. Pendidikan profesional
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Ketiga pendidikan ini
bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang
tertentu.
Perbedaan utama antara pendidikan
akademik dan vokasional terletak dalam keahlian yang dicapai lulusannya.
Lulusan pendidikan akademik lebih berorientasi pada penguasaan ilmu
pengetahuan secara teori, sedangkan lulusan pendidikan vokasional lebih
pada penguasaan praktek dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Untuk menghasilkan kulitas pendidikan
seperti itu, seyogyanya tujuan pendidikan tidak hanya sebatas mengejar
hasil. Tapi harus dititikberatkan menjadi target yang berguna dari hasil
pendidikan itu sendiri. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan
yang membekali peserta didik dengan kemampuan vokasional. Dengan begitu,
bukan hanya berbekal pengetahuan teori untuk bersaing dalam pasar
kerja, namun lulusannya akan memiliki kompetensi vokasi yang berguna
untuk menopang kecakapan hidup (spesialisasi keahlian).
Sumber : http://taqwimislamy.com/
Sabtu, 24 Januari 2015
MODEL PENDIDIKAN VOKASI YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
By : Widarto |
Tatanan
dunia baru, termasuk tatanan ekonomi Indonesia sedang berubah ke arah
perdagangan bebas dan era global yang ditandai dengan semakin terbukanya
peluang kerjasama antar negara. Namun di sisi lain, perubahan tersebut
menimbulkan persaingan yang makin ketat dalam hal barang, jasa, modal maupun
tenaga kerja/sumberdaya manusia. Untuk dapat berkiprah dalam era tersebut
diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai daya saing secara terbuka dengan
negara lain, adaptif dan antisipatif terhadap berbagai perubahan dan kondisi
baru, terbuka terhadap perubahan, mampu belajar bagaimana belajar (learning how
to learn), memiliki berbagai keterampilan, mudah dilatih ulang, serta memiliki dasar-dasar kemampuan luas, kuat, dan mendasar untuk berkembang di
masa yang akan datang.
Untuk
dapat mengikuti tatanan dunia baru tersebut Tony Wagner (2008), dalam buku The
Global Achievement Gap menuliskan Tujuh Keterampilan agar Mampu Bertahan dalam
Tata Dunia Baru, yakni : (1) Critical Thinking and Problem Solving, (2) Collaboration
Across Networks and Leading by Influence, (3) Agility and Adaptability, (4)
Initiative and Entrepreneurialism, (5) Effective Oral and Written
Communication, (6) Accessing and Analyzing Information, dan (7) Curiosity and
Imagination.
Dengan
demikian kualitas SDM merupakan salah satu faktor penentu terpenting dalam
mencapai keberhasilan program pembangunan. SDM yang berkualitas akan mampu
mengelola sumber daya alam dengan baik dan efisien. Masalah SDM tidak bisa
lepas dari masalah tenaga kerja. Kualitas tenaga kerja sangat tergantung pada
kualitas SDM. Oleh karena itu, kualitas SDM harus mendapatkan prioritas utama
untuk ditingkatkan dan dikembangkan guna mendapatkan kualitas tenaga kerja yang
baik.
Tenaga
kerja yang berkualitas dan memiliki etos kerja yang tinggi akan memperkuat
posisi industri yang pada akhirnya akan
mempekuat perekonomian negara. Peningkatan kemampuan dan keterampilan bagi
generasi muda calon tenaga kerja merupakan tanggung jawab dunia pendidikan,
baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan merupakan bagian integral
yang tidak dapat dipisahkan dari proses penyiapan SDM yang berkualitas, tangguh
dan terampil. Dengan kata lain, melalui pendidikan akan diperoleh calon tenaga
kerja yang berkualitas sehingga lebih produktif dan mampu bersaing dengan rekan
mereka dari negara lain.
Senada
dengan pendapat Tony Wagner di atas, dari berbagai literatur menyebutkan bahwa
di abad 21 ini, siswa sebagai produk pendidikan dituntut memiliki kompetensi :
1. Communication Skills
2. Critical and Creative Thinking
3. Information/Digital Literacy
4. Inquiry/Reasoning Skills
5. Interpersonal Skills
6. Multicultural/Multilingual Literacy
7. Problem Solving
8. Technological Skills
Jika
dicermati dari Delapan Kompetensi Lulusan tersebut, kompetensi 1 s.d. 7
merupakan soft skills, sementara kompetensi 8 merupakan hard skills. Apabila
ingin mengetahui bagaimanakah sesungguhnya yang diinginkan dunia kerja terhadap
para karyawannya lulusan sekolah? Kualitas tenaga kerja yang sesungguhnya bisa
dilihat dari kinerja mereka saat bekerja baik bekerja secara mandiri
(berwirausaha) atau bekerja di perusahaan. Ukuran kinerja yang mudah dilihat
adalah kualitas produk. Banyak aspek yang ikut menentukan kualitas produk hasil
kerja karyawan. Berikut ini disampaikan hasil survei ke industri manufaktur
dalam rangka ingin mengetahui aspek-aspek apakah yang berpengaruh dalam menghasilkan
produk yang berkualitas. Pimpinan perusahaan
memberikan pendapat bahwa kontribusi pengetahuan, keterampilan
Selngkapnya dapat artikel dapat diunduh
pada Model Pendidikan Vokasi
Jumat, 23 Januari 2015
Tentang Vokasi
By : Prof. Munir
Source : http://vokasi.ub.ac.id/
Source : http://vokasi.ub.ac.id/
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan
tinggi yang ditujukan untuk kepentingan praktis dimulai dari D-I, D-II,
D-III, Sarjana Terapan, Magister Terapan dan Doktor Terapan yang
berfungsi mengembangkan peserta didik agar memiliki pekerjaan keahlian
terapan tertentu melalui program vokasi dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang
mengarahkan mahasiswa untuk mengembangkan keahlian terapan, beradaptasi
pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat menciptakan peluang kerja.
Pendidikan vokasi menganut sistem terbuka (multi-entry-exit system)
dan multimakna (berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan,
pembentukan watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup life skill.
Pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta sesuai dengan
tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Pendidikan vokasi merupakan
pendidikan keahlian terapan yang diselenggarakan di perguruan tinggi
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.
Bentuk penyelenggaraan pendidikan vokasi terdiri dari Program Diploma
1, Diploma 2, Diploma 3, dan Diploma 4. Standar nasional pendidikan
vokasi dikembangkan berdasarkan standar kompetensi nasional dan/atau
internasional.
Sebagaimana yang diamanatkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut memberikan wawasan dan
keyakinan pendidikan tinggi harus dikembangkan ke arah suatu sistem demi
kepentingan nasional, dan hal ini mendorong Ditjen Dikti Depdiknas
merumuskan serangkaian kebijakan pengembangan pendidikan tinggi. Untuk
itu disusunlah Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang
(KPPTJP IV 2003-2010) yang selanjutnya disempurnakan menjadi HELTS (Higher Education Long Term Strategy),
di mana isinya berupa suatu rencana strategis pengembangan jangka
panjang yang bertujuan menempatkan sistem pendidikan tinggi nasional,
dengan segala keterbatasan yang ada pada kedudukan paling baik di masa
depan agar mampu menanggapi tantangan yang dihadapi secara efektif.
HELTS merumuskan tiga strategi utama pengembangan pendidikan tinggi,
yaitu daya saing bangsa (nation’s competitiveness), otonomi dan desentralisasi (autonomy), dan kesehatan organisasi (organizational health).
Langganan:
Postingan (Atom)